Cari Blog Ini

Kamis, 20 Oktober 2011

PENANGANAN PERDARAHAN POSTPARTUM PRIMER

1. Periksa gejala dan tanda perdarahan postpartum primer. Perdarahan dari Vagina sesudah bayi lahir yang
    lebih dari 500 cc atau perdarahan seberapapun dengan gejaladan tanda-tanda syok, dianggap sebagai  
    perdarahan postpartum. Keadaan ini perlu segera dirujuk kerumah sakit. 

2. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban dilahirkan, lakukan masase uterus supaya berkontraksi
    (selama maksimal 15 detik), untuk mengeluarkan gumpalan darah, sambil melakukan masase fundus uteri,
    periksa plasenta utuh dan lengkap.

3. Selalu mencuci tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir sebelum memberikan perawatan.
    Gunakan sarung tangan DTT/steril untuk semua periksa dalam, dan gunakan sarung tangan bersih
     kapanpun menangani benda yang terkontaminasi oleh darah dan cairan tubuh.

4. Jika perdarahan terus terjadi dan uterus teraba berkontraksi baik :
    a. Berikan 10 unit Oksitosin IM
    b. Jika kandung kemih ibu bisa dipalpasi dengan menggunakan teknik aseptik, pasang kateter karet
        DTT/steril
    c. Periksa laserasi pada perineum,vagina dan servik dengan seksama menggunakan lampu yang terang.
       Jika sumber perdarahan sudah diidentifikasi. Klem dan forsep arteri dan jahit laserasi dengan
       menggunakan anastesi lokal (Lidokain 1%) menggunakan teknik aseptik.

5. Jika uterus mengalami atonia atau perdarahan terus terjadi :
    a. Berika 10 unit Oksitosin IM
    b. Lakukan masase uterus untuk mengeluarkan gumpalan darah. Periksalagi apakah plasenta utuh dengan
        teknik aseptik, menggunakan sarung tangan DTT/steril, usap vagina dan ostium servik untuk
        menghilangkan jaringan plasenta atau selaput ketuban yang tertinggal.
    c. Jika kandung kemih ibu bisa dipalpasi, gunakan teknik aseptik untuk memasang kateter kedalam
       kandung kemih. (menggunakan kateter karet steril/DTT)
   d. Gunakan sarung tangan DTT/steril, lakukan kompresi bimanual internal maksimal 5 menit atau hingga
       perdarahan bisa dikendalikan dan uterus berkontraksi dengan baik (mana yang terjadi lebih dahulu)
   e. Anjurka keluarga untuk mulai mempersiapkan kemungkinan rujukan.
   f. Jika perdarahan dapat dikendalikan dan uterus berkontraksi dengan baik
      • Teruskan kompresi bimanual selama 1-2 menit atau lebih.
      • Keluarkan tangan dari vagina dengan hati-hati.
      • Pantau kala IV persalinan dengan seksama, termasuk sering melakukan masase uterus untuk
       memeriksa atonia, mengamati perdarahan dari vagina, tekanan darah dan nadi.
   g. Jika perdarahan tidak terkendali dan uterus tidak berkontraksi dalam waktu 5 menit setelah dimulainya
       kompresi bimanual pada uterus.
       • Instruksikan salah satu anggota keluarga untuk melakukan kompresi bimanual
       • Keluarkan tangan dari vagina dengan hati-hati
       • Jika tidak ada tanda hipertensi pada ibu, berikan metergin 0,2 mgIM
       • Mulai IV Ringer Laktat 500cc + 20unit oksitosin menggunakan jarum berlubang besar (16 atau 18 G)
         dengan teknik aseptik.
       • Berikan 500cc pertama secepat mungkin dan teruskan dengan IV Ringer Laktat + 20 unti oksitosin
          yang kedua.
       • Jika uterus tetap atonia dan atau perdarahan terus berlangsung :
       • Ulangi kompresi bimanual internal.
       • Jika uterus berkontraksi, lepaskan tangan anda perlahan-lahan dan pantau kala IV persalinan dengan
         cermat
       • Jika uterus tidak berkontraksi, rujuk segera ketempat dimana operasi bisa dilakukan.
       • Dampingi ibu ketempat rujukan. Teruskan infus IV dengan kecepatan 500cc/jam hingga ibu
         mendapatkan total 1,5 liter dan kemudian turunkan kecepatan hingga 125 cc/jam. 6. Jika ibu
         menunjukan tanda dan gejala syok, rujuk segera dan melakukan tindakan berikut ini :
      • Jika IV belum diberikan, mulai berikan dengan instruksi seperti tercantum diatas.
      • Pantau dengan cermat tanda-tanda vital ibu (nadi,tekanan darah, pernafasan), setiap 15 menit pada saat
        perjalan ketempat rujukan.
      • Baringkan ibu dengan posisi miring agar jalan pernafasan ibu tetap terbuka dan meminimalkan resiko
        aspirasi jika ibu muntah.
      • Selimuti ibu, jaga ibu tetap hangat, tapi jangan membuat ibu kepanasan.
      • Jika mungkin, naikkan kakinya untuk meningkatkan darah yang kembali kejantung.

7. Bila perdarahan tetap berlangsung dan kontraksi uterus tetap tidak ada, maka kemungkinan terjadi ruptur
    uteri. (syok cepat terjadi tidak sebanding dengan darah yang nampak keluar, abdomen teraba keras, dan
    fundus mulai naik). Hal ini juga memerlukan rujukan segera kerumah sakit.

8. Bila kompresi bimanual pada uterus tidak berhasil, cobalah kompresi aorta. Cara ini dilakukan pada
     keadaan darurat, sementara penyebab perdarahan sedang dicari.

9. Perkirakan jumlah darah yang keluar dan cek dengan teratur denyut nadi, pernafasan dan tekanan darah.

10. Buat catatan yang seksama tentang semua penilaian, semua tindakan yang dilakukan, dan semua
      pengobatan yang diberikan. Termasuk saat pencatatan.

11. Jika syok tidak dapat diperbaiki, maka segera rujuk. Keterlambatan akan berbahaya.

12. Jika perdarahan berhasil dikendalikan, ibu harus diamati dengan ketat untuk gejala dan tanda infeksi.
      Berikan antibiotik jika terjadi tanda-tanda infeksi. (gunakan antibiotika berspektrum luas, misalnya
      ampisilin 1 gr IM, diikuti 500 mg per oral setiap 6 jam ditambah metronidazol 400-500 mg peroral setiap
      8 jam selama 5 hari.

Rabu, 19 Oktober 2011

DUKUNGAN BIDAN DALAM PEMBERIAN ASI

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.            LATAR BELAKANG
Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta sampai 6 minggu ( 42 hari ) setelah itu. Pelayanan pasca persalinan harus terselenggara pada masa itu untuk memenuhi kebutuhan ibu dan bayi, yang meliputi upaya pencegahan, deteksi dini dan pengobatan komplikasi dan penyakit yang mungkin terjadi, serta penyediaan pelayanan pemberian ASI, cara menjarangkan kehamilan, imunisasi dan nutrisi bagi ibu dan bayi.
Periode pasca persalinan meliputi masa transisi kritisbagi ibu, bayi dan keluarganya secara fisiologis, emosional dan social. Baik dinegara maju mapun dinegara berkembang, perhatian utama bagi ibu dan bayi terlalu banyak tertuju pada masa kehamilan dan persalinan, smentara keadaan yang sebenarnya justru merupakan kebalikannya, oleh karena resiko kesakitan dan kematian ibi serta bayi lebih sering terjadi pada masa pasca persalinan. Keadaan ini terutama disebabkan oleh konsekuensi ekonomi, disamping ketidaktersediaan pelayanan atau rendahnya peranan pasilitas kesehatan dalam menyediakan pelayanan kesehatan yang cukup berkualitas. Rendahnya kualitas pelayanan kesehatan juga menyebabkan rendahya keberhasilan promosi kesehatan dan deteksi dini serta penatalaksanaan yang adekuat terhadap masalah dan penyakit yang timbul pada masa pasca persalinan.
Pada masa pasca persalinan, seorang ibu memerlukan :
1.      Informasi dan konseling tentang :
a.       Perawatan bayi dan pemberian ASI
b.      Apa yang terjadi termasuk gejala adanya masalah yang mungkin timbul
c.       Kesehatan pribadi, hygiene, dan masa penyembuhan
d.      Kehidupan seksual
e.       Kontrasepsi
f.       nutrisi
2.      Dukungan dari :
a.       Petugas kesehatan
b.      Kondisi emosional psikologis suami serta keluarganya
3.      Pelayanan kesehatan untuk kecurigaan dan munculya tanda terjadinya komplikasi


1.2.         RUMUSAN MASALAH

1.2.1      Bagaimana devinisi dari dukungan terhadap ibu menyusui ?
1.2.2.     Apa saja yang dilakukan bidan dalam memberikan dukungan terhadap ibu menyusui ?
1.2.3.     Nasehat apa yang bidan berikan terhadap ibu menyusui ?

1.3.         TUJUAN
1.3.1.         Untuk mengetahui apa devinisi dukungan bidan terhadap ibu menyusui
1.3.2.         Untuk mengetahui cara bidan dalam memberikan dukungan terhadap ibu menyusui
1.3.3.         Untuk mengetahui nasehat apa saja yang bidan berikan terhadap ibu menyusui

BAB II
PEMBAHASAN

2.1.     DEVINISI
Bidan mempunyai peranan yang sangat istimewa dalam menunjang pemberian ASI. Peran bidan dapat membantu ibu untuk memberikan ASI dengan baik dan mencegah masalah-masalah umum terjadi.
ASI Eksklusif harus diberikan kepada bayi dalam waktu 6 bulan pertamanya. Setelah itu barulah bayi diperkenankan untuk diberikan makanan pendamping ASI berupa bubur, sayur ataupun buah.
Peranan awal bidan dalam mendukung pemberian ASI, adalah:
1.      Meyakinkan bahwa bayi memperoleh makanan yang mencukupi dari payudara ibunya.
2.      Membantu ibu sedemikian rupa sehingga ia mampu menyusui bayinya sendiri.
           
2.2.            DUKUNGAN BIDAN DALAM MEMBERIKAN ASI
Bidan dapat memberikan dukungan dalam pemberian ASI, dengan:
1.      Memberikan bayi bersama ibunya segera sesudah lahir selama beberapa jam pertama.
Bayi mulai menyusui sendiri setelah lahir, sering disebut inisiasi menyusu dini (early initiation) atau permulaan menyusu dini. Hal ini merupakan peristiwa penting, dimana bayi dapat melakukan kontak kulit langsung dengan ibunya dengan tujuan dapat memberikan kehangatan. Selain itu, dapat membangkitkan hubungan/ikatan antara ibu dan bayi. Pemberian ASI seawal mungkin lebih baik, jika memungkinkan paling sedikit 30 menit setelah lahir.
2.      Mengajarkan cara merawat payudara yang sehat pada ibu untuk mencegah masalah umum yang timbul.
Tujuan dari perawatan payudara untuk melancarkan sirkulasi darah dan mencegah tersumbatnya saluran susu, sehingga pengeluaran ASI lancar. Perawatan payudara dilakukan sedini mungkin, bahkan tidak menutup kemungkinan perawatan payudara sebelum hamil mulai dilakukan sebelum menyentuh puting susu, pastikan tangan ibu selalu bersih dan cuci tangan sebelum menyusui. Kebersihan payudara paling tidak dilakukan minimal 1 kali dalam sehari, dan tidak diperkenankan mengoleskan krim, minyak, alkohol ataupun sabun pada puting susu.
3.      Membantu ibu pada waktu pertama kali memberi ASI.
Membantu ibu segera untuk menyusui bayinya setelah lahir sangatlah penting semakin sering bayi mengisap puting susu ibu, maka pengeluaran ASI juga semakin lancar. Hal ini disebabkan, isapan bayi akan memberikan rangsangan pada hipofisis untuk segera mengeluarkan hormon oksitosin yang bekerja merangsang otot polos untuk memeras ASI. Pemberian ASI tidak terlepas dengan teknik/posisi ibu dalam menyusui.
Posisi menusui dapat dilakukan dengan:
·         Posisi berbaring miring
Posisi ini baik dilakukan pada saat pertama kali atau ibu dalam keadaan lelah/nyeri.
·         Posisi duduk
Pada saat pemberian ASI dengan posisi duduk dimaksudkan untuk memberikan topangan/sandaran pada punggung ibu dalam posisi tegak lurus (90 derajat) terhadap pangkuannya. Posisi ini dapat dilakukan dengan bersila diatas tempat tidur/lantai/duduk di kursi.
·         Posisi ibu tidur terlentang
Seperti halnya pada saat dilakukan inisiasi menyusu dini, maka posisi ini juga dapat dilakukan oleh ibu. Posisi bayi berada diatas dada ibu diantara payudara ibu.

Tanda –tanda bayi bahwa telah berada pada posisi yang baik pada payudara, antara lain:
a)      Seluruh tubuhnya berdekatan dan terarah pada ibu.
b)      Mulut dan dagu bayi berdekatan dengan payudara.
c)      Areola tidak akan tampak jelas
d)     Bayi akan melakukan hisapan lamban dan dalam , dan menelan ASInya.
e)      Bayi terlihat senang dan tenang.
f)       Ibu tidak akan merasa nyeri pada daerah payudaranya.

4.      Menempatkan bayi didekat ibu pada kamar yang sama (rawat gabung).
Rawat gabung merupakan salah satu cara perawatan dimana ibu dan bayi yang baru dilahirkan tidak dipisahkan, melainkan ditempatkan bersama dalam ruangan selama 24 jam penuh.
Manfaat rawat gabung dalam proses laktasi dapat dilihat dari:
a)      Aspek fisik
Kedekatan ibu dengan bayinya dapat mempermudah bayi menyusu setiap saat, tanpa jadwal. Dengan demikian, semakin sering bayi menyusu maka ASI segera keluar.
b)      Aspek fisiologis
Bila ibu selalu dekat dengan bayinya, maka bayi lebih sering disusui sehingga bayi mendapatkan nutrisi alami dan kecukupan ASI. Refleks oksitosin yang ditimbulkan dari proses menyusui akan membantu involusio uteri dan produksi ASI akan dipacu oleh refleks prolaktin. Selain itu, berbagai penelitian menyatakan bahwa dengan ASI eksklusif dapat menjarangkan kehamilan/atau dapat digunakan sebagai KB alami.
c)      Aspek psikologis
Rawat gabung dapat menjalin hubungan baik antara ibu dan bayi atau proses lekat ( early in fant mother bounding). Hal ini disebabkan oleh adanya sentuhan badanniah ibu dan bayi. Kehangatan tubuh ibu memberikan stimulasi mental yang diperlukan bayi, sehingga mempengaruhi kelanjutan perkembangan psikologis bayi. Ibu yang dapat memberikan ASI secara eksklusif merupakan kepuasan tersendiri.
d)     Aspek edukatif
Rawat gabung memberikan pengalaman bagi ibu dalam hal cara merawat bayi dan merawat dirinya sendiri pasca melahirkan. Pada saat dorongan suami dan keluarga sangat dibutuhkan ibu.
e)      Aspek ekonomi
Rawat gabung tidak hanya memberikan manfaat pada ibu maupun keluarga, tetapi juga untuk rumah sakit maupun pemerintah. Hal ini merupakan suatu penghematan dalam pembelian susu buatan dan peralatan lain yang di butuhkan.
f)       Aspek medis
Pelaksanaan rawat gabung dapat mencegah terjadinya infeksi nosokomial. Selain itu, ibu dapat melihat perubahan fisik atau prilaku bayinya yang menyimpang dengan cepat sehingga dapat segera menanyakan kepada petugas kesehatan sekiranya ada hal-hal dianggap tidak wajar.

5.      Memberikan ASI pada bayi sesering mungkin.
Pemberian ASI sebaiknya sesering mungkin tidak perlu dijadwal, bayi disusui sesuai dengan keinginan (on demand). Bayi dapat menentukan sendiri kebutuhannya. Bayi yang sehat dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit dan asi dalam lambung akan kosong dalam 2 jam. Menyusui yang dijadwalkan akan berakibat kurang baik, karena isapan bayi sangat berpengaruh pada rangsangan produksi berikutnya.
6.      Memberikan kolostrum dan ASI saja.
ASI dan kolostrum merupakan makanan yang terbaik untuk bayi. Kandungan dan komposisi ASI sangat sesuai dengan kebutuhan bayi pada keadaan masing-masing ASI dari ibu yang melahirkan prematur sesuai dengan kebutuhan prematur dan juga sebaliknya ASI dari ibu yang melahirkan cukup bulan maka sesuai dengan kebutuhan bayi cukup bulan juga.
7.      Menghindari susu botol dan “ dot empeng “.
Pemberian susu dengan botol dan kempengan dapat membuat bayi binggung dan menolak menyusu atau hisapan bayi kurang baik. Hal ini disebabkan, mekanisme menghisap dari puting susu ibu dengan botol jauh berbeda.
2.3.    NASEHAT PRAKTIS UNTUK IBU MENYUSUI
1. Dukungan Psikologis
Untuk menyusui lebih berhasil, ibu perlu rasa percaya diri
·   Ibu harus yakin bahwa dapat menyusui dan memberikan ASI untuk bayinya, dan perlu di ingat produksi ASI tidak tergantung besar kecilnya payudara.
·   Suami, keluarga dekat dan petugas kesehatan sangat diperlukan untuk memberikan dukungan psikologis.
2. Yang Harus diperhatikan dalam pemberian ASI
·      Susui bayi segera dalam 30 menit pertama setelah lahir
·      Berikan kolostrum
·      Hindari pemberian minuman semacam air gula, aqua dan sejenisnya
·      Susui bayi pada kedua payudara anda secara bergantian.
·      Hanya ASI yang diberikan selama 4-6 bulan
·      Berikan ASI tanpa jadwal
·      Prerhatikan cara / posisi menyusui yang benar
·      Makanan pendamping ASI diberikan pada umur 4-6 bulan secara bertahap
·      Menyusui sampai usia 2 tahun, penyapihan dilakukan secara bertahap
·      Teruskan menyusui walau ibu / anak sakit, kecuali sakit berat atau atas anjuran tenaga kesehatan
·      Perhatikan asupan gizi ibu menyusui
·      Kalau ibu bekerja, berikan ASI sebelum dan sesudah pulang kerja.

BAB III
PENUTUP

3.1.      SIMPULAN
3.1.1.      Devinisi dukungan bidan terhadap ibu menyusui
Bidan mempunyai peranan yang sangat istimewa dalam menunjang pemberian ASI. Peran bidan dapat membantu ibu untuk memberikan ASI dengan baik dan mencegah masalah-masalah umum terjadi
3.1.2.      Dukungan bidan dalam memberikan ASI
1.      Memberikan bayi bersama ibunya segera sesudah lahir selama beberapa jam pertama.
2.      Mengajarkan cara merawat payudara yang sehat pada ibu untuk mencegah masalah umum yang timbul.
3.      Membantu ibu pada waktu pertama kali member ASI
4.      Menempatkan bayi didekat ibu pada kamar yang sama (rawat gabung).
5.      Memberikan ASI pada bayi sesering mungkin
6.      Memberikan kolostrum dan ASI saja.
7.      Menghindari susu botol dan “ dot empeng “.
3.1.3.      Nasehat yang diberikan bidan terhadap ibu menyusui
1.      Dukungan psikologis
2.      Hal-hal yang harus diperhatikan memberikan ASI

3.2.      SARAN
Adapun saran yang dapat penulis berikan kepada pembaca adalah sebagai berikut :
3.1.1.      Para pembaca khusunya tenaga kesehatan ( bidan ) hendaknya lebih memahami dan mengetahui bagaimana cara memberikan dukungan terhadap ibu menyusui  agar memiliki informasi yang jelas tentang cara memberikan dukungan
3.1.2.      Bagi penulis selanjutnya diharapkan untuk membahas lebih jauh lagi cara memberikan dukungan terhadap ibu menyusui dalam kebidanan yang belum dibahas di makalah ini, guna untuk memberikan informasi yang jelas kepada masyarakat luas khususnya ibu menyusui tentang cara memberikan ASI.
SUMBER
v  Ambarwati, 2008
v  Asuhan kebidanan nifas. Yogyakarta: mitra cendikia (hlm: 11-17)
v  program manajemen laktasi,2004
v  buku bacaan manajemen laktasi, Jakarta. (bab 8, hlm:1-4)
v  pusdiknakes, 2003.
v  Buku 4 : asuhan kebinanan postpartum (hlm: 18 – 21)
v  Suherni, 2007
v  Perawatan masa nifas. Yogyakarta: Fitramaya (hlm:10-15).